Kupang-NTTLine, Wali Kota Kupang, dr. Christian Widodo, bersama Wakil Wali Kota Kupang, Serena Francis. menghadiri Festival Budaya Kelurahan Kuanino Etnis Rote yang digelar di rumah Bapak Jones Manafe, RT 2 RW 1, Kelurahan Kuanino, Kecamatan Kota Raja, Senin (5/5). Kehadiran keduanya menunjukkan dukungan penuh terhadap pelestarian budaya lokal sebagai bagian penting dalam pembangunan kota.
Turut hadir Ketua DPRD Kota Kupang, Richard Elvis Odja, anggota DPRD Ahmad Thalib, tokoh masyarakat, tokoh agama, Camat Kota Raja, para lurah se-Kecamatan Kota Raja, serta masyarakat Kelurahan Kuanino yang antusias mengikuti rangkaian acara.
Dalam sambutannya, Wali Kota menegaskan bahwa budaya dan pariwisata harus menjadi penggerak utama ekonomi rakyat. “Kegiatan seperti ini bukan hanya menonjolkan kekayaan budaya dan nilai-nilai toleransi yang kita miliki, tetapi juga menjadi penggerak ekonomi lokal. Dimana orang berkumpul, di situ ekonomi bertumbuh,” ujar dr. Christian.
Wali Kota juga menyebut bangkitnya kembali Pawai Paskah yang sempat vakum sejak pandemi, sebagai bukti komitmen Pemkot dalam menjadikan budaya sebagai daya tarik wisata. “Kami hidupkan kembali Pawai Paskah karena kami percaya, ini bisa menjadi wisata religi tahunan seperti Semana Santa di Larantuka,” tambahnya.
Festival ini merupakan bagian dari rangkaian HUT Kota Kupang ke-139 dan 29 tahun sebagai daerah otonom. Dalam konteks itu, Wali Kota menyampaikan bahwa otonomi daerah adalah peluang untuk menghadirkan pelayanan publik yang lebih berpihak kepada rakyat. “To govern is to serve. Pemerintah bukan lagi yang memerintah, tetapi yang melayani,” tegasnya.
Ia juga menyinggung pentingnya perubahan pola pikir terhadap kebersihan dan pengelolaan lingkungan. Wali Kota mengapresiasi panitia yang telah menyediakan tempat sampah terpilah dan mengimbau warga untuk menjaga kebersihan setelah acara. “Kota ini bukan hanya warisan dari leluhur, tetapi pinjaman dari anak cucu kita,” ujarnya.
Menutup sambutan, Wali Kota mengajak seluruh warga untuk merawat semangat kebersamaan, toleransi, dan gotong royong dalam membangun Kota Kupang yang bersih, sehat, dan layak diwariskan. “Membangun kota bukan soal gedung atau jalan, tapi soal kualitas hidup warganya,” tandasnya.
Sementara itu, tokoh masyarakat Kuanino, Johni Ballo, menyebut Kuanino sebagai “Indonesia Mini” karena keberagaman suku dan agama yang hidup harmonis. Ia juga menyampaikan sejumlah aspirasi warga, seperti kebutuhan perbaikan jalan, revitalisasi pasar Kuanino, serta peningkatan fasilitas kesehatan.
Johni juga menegaskan kesiapan Kuanino untuk menjadi pelopor pengelolaan sampah di Kota Kupang. Dalam festival tersebut, warga secara simbolis menanam 300 bibit pohon sebagai wujud komitmen terhadap kelestarian lingkungan.
Festival ditandai dengan penyambutan berupa tarian adat Rote dan sapaan adat kepada Wali Kota Kupang (To’o Chris) dan Wakil Wali Kota Kupang (Te’o Serena), serta aksi penanaman pohon sebagai simbol kepedulian terhadap masa depan bumi dan generasi penerus. hms